Curhat Gaya Hidup: Fashion Unik, Dekorasi Custom, Inspo Sehari-Hari

Kenapa fashion itu lebih dari sekadar baju

Aku ingat pertama kali sadar bahwa baju bukan cuma untuk nutupin badan. Waktu itu aku berdiri di depan cermin dengan jaket denim yang aku beli di pasar loak. Jaketnya penuh tambalan—ada satu yang berbentuk hati, satu lagi jahitan tangan dengan benang merah yang agak kusut. Entah kenapa, setiap kali pake jaket itu aku merasa percaya diri. Mungkin karena cerita yang menempel di tiap jahitannya, atau mungkin karena aku tahu siapa yang pernah menyentuh kain itu sebelum aku. Intinya, fashion buatku itu soal identitas dan memori.

Gaya unik nggak harus mahal. Ada kalanya aku mix tee band lawas dengan rok satin, lalu selipkan bros vintage dari toko kecil dekat stasiun. Hasilnya? Orang nanya, “Dari mana?” dan aku jawab santai, “Oh, ini koleksi lama.” Sebenarnya ini strategi hemat. Pakai satu statement piece, sisanya simple. Efeknya maksimal.

Ngobrol santai: dekorasi custom itu bikin rumah jadi ‘aku’

Aku suka rumah yang berbau personal. Bukan dalam arti semua serba matching dan Instagram-perfect. Lebih ke arah ada item yang kental ceritanya—macrame yang digantung di sudut ruang tamu, vas keramik buatan lokal, atau lampu meja hasil custom yang warnanya nggak ada di toko besar. Satu hal kecil: bantal sofa yang aku jahit sendiri dari kain bekas piyama nenek. Polanya norak, tapi setiap tamu yang duduk pasti nanya asalnya. Itu kepuasan kecil banget.

Pernah juga aku pesen papan nama kayu custom buat sudut baca. Prosesnya seru; kita kirim sketsa, tukang kayu lembarin beberapa sampel finishing, lalu aku pilih yang paling matte. Ini bukan sekadar barang, tapi tanda bahwa ruang ini dipilih dengan sengaja. Kalau kamu suka yang serba personal, coba tengok beberapa pembuat lokal—aku pernah nemu yang kece di taylormadenw dan pesen print kecil untuk kamar kerja. Kualitasnya bikin senyum-senyum tiap buka paket.

Santai tapi nyata: inspirasi gaya hidup sehari-hari

Gaya hidup yang kusukai itu yang bisa dipraktikkan tanpa drama. Bangun pagi, seduh kopi, baca 10 menit buku. Nggak perlu minimalis ekstrem; aku tetap punya koleksi lilin dan tanaman kaktus yang kadang mati lalu hidup lagi karena aku lupa siramnya. Hal-hal sederhana ini bikin hari terasa lebih berwarna.

Aku juga percaya pada ritual kecil yang nyata manfaatnya. Misalnya, ritual “lebih rapih di hari Minggu”—merapikan rak, mengganti sarung bantal, memutar lagu lama sambil menyetrika. Nggak perlu Instagramable, cukup buat aku nyaman. Inspirasi sering datang dari hal sepele: warna bendera kain di pasar, pola ubin di kafe, atau cara orang tua membungkus kado. Semua itu masuk ke moodboard mentalku dan suatu hari aku coba wujudkan dengan sentuhan sendiri.

DIY? Coba dulu, nanti baru nilai

Kebanyakan project DIY-ku dimulai dari kegagalan. Contohnya: painting kursi kayu yang aku pikir bakal cepat selesai, ternyata butuh tiga lapis cat dan dua sabtu berantakan. Tapi hasilnya memuaskan: kursi itu sekarang jadi tempat favorit duduk baca sore. Yang penting, jangan takut salah. Banyak ide bagus lahir dari eksperimen yang berantakan.

Saran praktis: mulai dari yang kecil. Beli sepasang gantungan baju unik, cat ulang frame foto, atau tambahkan patch di denim favoritmu. Kalau mau lebih ambisius, belajar teknik sederhana seperti sulam atau macrame lewat tutorial—itu bikin barang jadi lebih meaningful. Dan kalau kamu nggak mau repot, dukunglah pembuat lokal. Mereka sering punya cerita yang lebih menarik daripada produk massal di mal.

Di akhir hari, gaya hidup dan estetika itu soal kenyamanan dan keberanian. Nyaman karena ruang dan pakaian mencerminkan siapa kita, berani karena kita berani tampil beda. Jadi, pilih yang bikin hati adem. Kalau hari ini kamu mau mix-and-match nggak biasa, lakukan. Kalau besok kamu mau ganti mood lewat dekorasi custom, lakukan juga. Intinya: jalani dengan rasa penasaran dan sedikit keberanian—karena dari situ cerita paling seru muncul.